Minggu, 25 Desember 2011

keterampilan menulis

Keterampilan Menulis
1. Menulis
            Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang memegang peran penting dalam proses komunikasi yang lebih efektif. Menulis seperti halnya keterampilan berrbicara, merupakan salah satu keterampilan yang produktif. Artinya, menulis merupakan salah satu kegiatan yang menghasilkan atau menulis merupakan kegiatan yang aktif menghasilkan tulisan. Disamping itu, menulis juga merupakan kegiatan yang ekspresif karena dengan menulis seseorang dapat mengungkapkan gagasan, maksud, pikiran, ataupun pesan yang dimiliki kepada orang lain.
            Taringan (1994) menyatakan menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Selain itu, beliau juga menyatakan bahwa melalui kegiatan menulis, gagasan dapat dikembangkan. Ini berarti menulis merupakan suatu kegiatan yang dapat membantu dalam mengembangkan gagasan-gagasan yang dimiliki. Dengan kata lain, melalui kegiatan menulis, gagasan-gagasan yang dimiliki dapat diorganisasikan dan disampaikan secara tersurat kepada orang lain.
            Selanjutnya, Semi (1990) menyatakan menulis itu merupakan salah satu keterampilan berbahasa, merupakan kegiatan perekaman bahasa lisan ke dalam bentuk bahasa tulis. Pada hakikatnya, menulis sama dengan berbicara karena materi yang digunakan sama, yaitu kata dan kalimat sehingga wajarlah dikatakan bahwa menulis ialah upaya memindahkan bahasa lisan ke dalam wujud tertulis. Hanya saja dalam kegiatan menulis, diperlukan pengetahuan tentang ejaan dan tanda baca.
            Depdikbud mengemukakan, keterampilan menulis merupakan keterampilan tertinggi dalam bahasa Indonesia. Gagne menyatakan bahwa menulis sebagai kegiatan tertinggi karena keterampilan menulis merupakan keterampilan kognitif (memahami, megetahui, mempersepsi) yang kompleks yang menghendaki strategi kognitif yang tepat, keterampilan intelektual, informasi verbal dan motivasi yang tepat. Dibandingkan dengan ketiga keterampilan yang lain (menyimak, berbicara, dan membaca), keterampialn menulis lebih sulit karena dalam menulis, disamping pengetahuan tentang kosakata, perlu juga pengetahuan tentang ejaan, tanda baca, dan kalimat efektif. Atau dengan kata lain, keterampilan menulis ini meliputi bagaimana cara menuangkan pikiran dalam kalimat dengan menggunakan kata yang tepat serta penulisan yang sesuai dengan ejaan. Selain itu, dalam kegiatan menulis dituntut adanya pengethauan dan pemahaman mengenai topik yang akan ditulis dan bagaimana cara yang baik dalam menuangkannya ke dalam bentuk tulisan.
            Berdasarkkan pandangan dan pemaparan mengenai pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang paling kompleks yang bersifat produktif dan ekspresif yang dapat menghasilkan gagasan yang tertuang ke dalam bahasa tulis yang diperoleh dari proses berfikir. Untuk dapat menghasilkan tulisan, diperlukan keterampilan kognitif berupa pengetahuan, pemahaman, dan apersepsi penulis mengenai apa yang akan ditulis, yang tentu saja melibatkan unsur pikiran.
            Arini,dkk; (2007:183) menyatakan bahwa “menulis sebagai proses berfikir mengandung makna bahwa sebelum, saat, atau setelah menuangkan gagasan dan perasaan secara tertulis diperlukan keterlibatan proses berfikir. Melalui proses berfikir, gagasan yang dituangkan ke dalam kalimat/paragraf dapat dianalisis kelogisannya”. Dengan demikian, menulis dan proses berfikir berkaitan erat dalam menghasilkan tulisan yang runtut. Tulisan yang runtut merupakan manifestasi dari keterlibatan proses berfikir. Proses berfikir sangat menentukan sebuah tulisan yang berkualitas. Pada saat menulis, siswa dituntut berfiikir untuk menuangkan gagasannya secara tertulis berdasarkan skema, pengetahuan, dan pengalaman yang dimiliki. Dalam proses tersebut, kesungguhan menyusun, menata, serta mempertimbangkan secara kritis dan menata ulang gagasan yang dicurahkan. Hal tersebut diperlukan agar tulisan yang dihasilkan dapat dipahami dengan baik oleh orang lain.

2. Keterampilan Menulis
            Arini,dkk; (2007:183) menyatakan bahwa “keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh seseorang”. Dalam kegiatan menulis, banyak persyaratan yang harus dipenuhi. Sebuah tulisan yyang baik memiliki ciri-ciri, diantaranya bermakna,  jelas/lugas, merupakan kesatuan, singkat dan padat, serta memmenuhi kaidah kebahasaan. Disamping itu, tulisan yang baik harus bersifat komunikatif.
            Dalam menghasilkan tulisan sesuai dengan syarat di atas, dituntut beberapa kemampuan. Apabila misalnya menulis sebuah essay, kita harus memiliki pengetahuan tentang apa yang akan ditulis. Artinya, kita harus memiliki pengethuan mengenai isi tulisan. Disamping itu, kita juga harus mengetahui bagaimana menuliskkannya. Hal ini meliputi kemampuan menggunakan bahasa dab teknik penulisannya. Oleh karena itu, keterampilan menulis harus dibina dan ditingkatkan secara intensif. Kebiasaan menulis, termasuk menulsi karya ilmiah harus dikembangkan dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.
            Agar pembelajaran menulis terlaksana secara terarah dan efektif, perluu ada prinsip-prinsip yang dapat digunakan sebagai pedoman bagi pendidik yaitu guru. Dixon dan Nassel (dalam Arini dkk; 2007), mengemukakan beberapa prinsip pembeljaran menulis. Prinsip pembelajaran menulis. Prinsip pembelajaran menulis yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1.      Dalam kegiatan menulis, siswa bertitik tolak dari topik priibadi yang bermakna. Prinsip ini mengisyaratkan bahwa topik yang dipahami dan diminati oleh siswa.
2.      Sebelum menulis siswa hendaknya diberi bercakapan. Prinsip ini mengisyaratkan agar kegiatan menulis didahului oleh kegiatan berbicara pengalaman, pengetahuan, dan kegemaran siswa yang ada kaitannya dengan topik.
3.      Menulis bukan merupakan keterampilan yang mudah. Prinsip ini mengisyaratkan agar keterampilan menulis dibelajarkan dalam konteks yang menyenangkan, khususnya bagi penulis pemula. Mereka perlu mendapatkan bimbinggan tentang komposisi penulisann yang sederhana agar mereka bergairah menulis dan tidak mempunyai rasa frustasi.
4.      Menulis hendaknya diberikan ke dalam bentuk komunikasi. Segal aide yang ditulis hendaknya merupakan sesuatu yang dapat mereka sampaikan. Mereka menjadi yakin bahwa melalui tulisan, idea tau gagasan siswa dikomunikasikan kepada orang lain.
5.      Menghindari pengoreksian kesalahan menulis. Kesalahan tata bahasa, penyusunan kalimat, dan kesalahan mekanik sebagai akibat keterbatasan kebahasan mereka hendaknya disikapi sebagai hal yang wajar. Pengoreksian kesalahan tata bahasa dan mekanik dilaksanakan setelah siswa lancar dan tidak mengalami kesulitan atau keterbatasan dalam menulis.
6.      Antara tugas menulis dan tugas membaca atau keterampilan berbahasa lainnya hendaknya ada hubungan yang jelas. Pembelajaran menulis hendaknya mempunyai keterkaitan dengan cerita yang telah dibaca atau didengar.

3. Proses Menulis
Selain memahami mengenai prinsip-prinsip pembelajaran menulis, seorang guru juga harus memahami mengenai proses menulis. Proses menulis mengikuti alur yang terdiri dari lima tahap, yaitu (1) pramenulis, (2) menyusun draf, (3) merevisi, (4) mengedit, dan (5) mempublikasikan. Adapun proses menulis tersebut menurut Arini dkk;(2007) adalah sebagai berikut.
1.      Tahap Pramenulis
Tahap pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang penulis melakukan berbagai aktivitas, yakni menetukan/menemukan ide tulisan yang dijadikan topik, menentukan bentuk/jenis karangan, menulis judul, menyususn kerangka karangan, dan mengumpulkan bahan-bahan. Ide tulisan dapat ditentukan berdasarkan pengalaman, hasil observasi, hasil membaca, atau berdasarkan imajinasi seseorang. Selanjutnya, seorang penulis menetapkan bentuk penulisan sesuai dengan tujuan penuliisan, sehingga ada berbagai bentuk tulisan, yakni narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi. Seorang penulis juga menentukan judul tulisan. Judul tulisan dirumuskan sedemikian rupa, sehingga judul tersebut singkat, provokatif, dan relevan dengan ide. Di samping itu, judul diusahakan disusun dalam bentuk frase dan bukan kalimat. Berdasarkan ide yang telah ditetapkan, selanjutnya disusunlah kerangka karangan/tulisan dan dilanjutkan dengan mengumpulkan bahan-bahan tulisan.
2.      Tahap Menyusun Draf
Pada tahap menyusun draf, seorang penulis mulai menjabarkan id eke dalam bentuk tulisan. Ide-ide dituangkan dalam bentuk kalimat dan paragraph. Selanjutnya, paragraf-paragaf tersebut dirangkaikan menjadi sebuah tulisan yang utuh.
3.      Tahap Merevisi
Tahap merevisi adalah tahap memperbaiki tulisan. Perbaikan dilakukan terhadap struktur karangan dan kebahasaan. Struktur karangan meliputi ketepatan ide pokok dan ide penjelas serta sistematika dan penalarannya. Struktur kebahasan meliputi pilihan kata, struktur bahasa, ejaan, pemenggalan suku kata, dan tanda baca. Pada tahap ini, judul yang telah ditentukan sebelumnya dapat diubah/diperbaiki apabila judul tersebut dianggap kurang relevan.
4.      Tahap Mengedit
Tahap mengedit (menyunting) merupakan tahap memperbaiki kesalahan mekanik yang terdapat dalam draf, misalnya kesalahan ukuran kertas, bentuk tulisan, dan spasi. Proses pengeditan dapat diperluas dan disempurnakan dengan penambahan gambar/ilustrasi. Hal ini dilakukan agar tulisan tersebut lebih menarik dan lebih mudah dipahami.
5.      Tahap Mempublikasikan
Pada tahap ini, tulisan yang sudah selesai disusun dapat diperkenalkan kepada publik/orang lain, baik dalam bentuk cetakan ataupun noncetakan. Dalam bentuk noncetakan, tulisan dapat dipublikasikan dengan jalan membacakan, menceritakan, atau mementaskan tulisan tersebut di depan orang lain. Dalam bentuk cetakan, tulisan tersebut dapat dipajang pada papan pajangan yang ada di kelas/sekolah. Publikasi yang dilaksanakan dapat memacu semangat bersaing secara positif dan memiliki dampak psikologis yang amat baik bagi seseorang. Dengan mempublikasikan karanya, seorang penulis merasa diperhatikan atau dihargai.

2.4  Kerangka Berpikir
1.      Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan Menulis
Berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian yang dikemukakan di atas, nampaklah bahwa keterampilan menulis dipengaruhi oleh kreativitas. Kepemilikan kreativitas yang memadai membantu terselesainya tugas-tugas keterampilan menulis. Pola berpikir divergen yang merupakan ciri pribadi yang kreatif, membantu peserta didik dalam menemukan gagasan atau ide dalam keterampilan menulis. Sesungguhnya, setiap individu mampu meningkatkan kreativitas yang dimiliki dalam diri, namun hal tersebut sangat sulit jika tidak dibiasakan dengan latihan-latihan.
Atas dasar kerangka berpikir diatas maka dapat diduga bahwa semakin terasah kreativitas seseorang, semakin positif pula keterampilan menulis pada pelajaran Bahasa Indonesia khususnya dan pelajaran lain pada umuumnya.
2.      Hubungan antara Tingkat Emosional dengan Keterampilan Menulis
Dalam proses pembelajaran, suasana hati atau tingkat emosional seseorang sangat mempengaruhi bagaimana individu tersebut mengikuti proses pembelajaran. Tingkat emosional yang sedang dialami pendidik atau guru jauh lebih berpengaruh dibandingkan tingkat emosional yang sedang dialami oleh peserta didik. Namun, sesungguhnya kedua belah pihak baik guru maupun siswa saling mempengaruhi dalam hal tingkat emosional. Tingkat emosional dapat dirubah atau berubah dengan sendirinya bergantung pada individu atau orang terdekat individu. Dalam peningkatan keterampilan menulis, dimana menulis memerlukan pemikiran yang tenang namun konsentrasi sangat dipengaruhi oleh tingkat emosional. Jika suasana hati atau tingkat emosional pada saat itu buruk dan tugas keterampilan menulis adalah menulis  gagasan yang bernuansa menyenangkann maka secara otomatis tulisan yang telah disusun akan tidak sesuai.
Bertitik tolak dari uraian di atas, dapat diduga bahwa tingkat emosional yang terkontrol akan menimbulkan sikap yang positif pada siswa terhadap keterampilan menulis siswa.

2 komentar:

  1. mohon maaf, ingin tanya rujukan arini dkk tahun 2007 judul bukunya apa ya? terimakasih :)

    BalasHapus
  2. Kenapa keterampilan menulis itu jauh lebih sulit dari pada keterampilan yg lainnya pada anak usia dini

    BalasHapus